Oleh: Abi Husna
Islam Sebagai Agama Rahmatan Lil'alamin
Islam Sebagai Agama Rahmatan Lil'alamin
Pada hakikatnya Islam adalah agama
rahmat bagi seluruh alam, dimana Islam sebagai agama samawi akan
mampu memberi solusi efektif bagi seluruh persoalan manusia baik duniawi maupun
ukhrawi. Di samping nilai-nilai religiusitas serta dogma-dogma yang terkandung
di dalamnya merupakan esensi dari ajaran Islam yang sacral. Jelas dengan mudah
dapat diterima oleh umat yang mengetahuinya. Terbukti pada awal kelahirannya,
Islam dalam kurun waktu yang relatif singkat kebenaran risalah illahiyah dapat diterima
oleh sebagian besar kaum jahiliah di jazirah Arab, tanpa kekerasan dan
interpensi dari pihak manapun.ISLAM DAN KOLEKTIFITAS KULTURAL:
Islam tidak memandang manusia dari
sudut manapun, dari bangsa manapun bahkan dari budaya apapun. Hal ini karena
strategi penyampaian dakwah Islam sendiri tidak dilakukan dengan radikalisme
inklusif, tapi lebih kearah ekslusifisme. Islam tidak mengikis habis seluruh
nilai-nilai dan karakteristik (budaya) yang ada diwilayah dakwah, tetapi
justru menghormatinya. Seiring dengan itupun Islam meluruskan nilai-nilai
tersebut kearah yang lebih baik sesuai dengan syariat, yang sejalan dengan
cita-cita Islam sendiri yaitu membentuk masyarakat lebih bermoral sesuai dengan
nilai-nilai Islami. Dan pada akhirnya, Islampun dapat di terima baik oleh
kaum-kaum di seluruh pelosok bumi ini dimana mereka telah memiliki karakter dan
budaya yang beragam.
Sebagai contoh, jauh sebelum Islam
turun di wilayah Arab, masyarakat setempat memiliki kebiasaan tertentu yang
menjadi cirri khas dan telah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Seperti
memelihara janggut, mengenakan serban dikepala, memakai jubah, menunggang
kuda/unta, seni berperang, berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain, dan
lain sebagainya. Setelah Islam hadir ditengah-tengah mereka, agama ini tidak
menjadi ancaman bagi budaya tersebut walaupun pada awal nya mereka menolak
keras terhadap dogma-dogma yang baru saja mereka kenal, akan tetapi Rasulullah
beserta para sahabatnya dapat meyakinkan mereka akan kebenaran yang terkandung
dalam risalahnya. Di samping itu Islam tidak memandang skeptis terhadap budaya
yang ada. Terlebih, Islam sekaligus sebagai obat hati orang-orang Arab yang
dikenal keras dan suka berperang ketika itu. Melihat fenomena yang demikian
Sayyidina Muhammad bin Abdullah sebagai seorang Rasulullah SAW. yang dikenal
bijak dan mengetahui mana yang benar dan yang dilarang oleh agama tetap
mempertahankan nilai-nilai positif dalam budaya tersebut, kemudian selanjutnya
apa yang dilakukan dan diamalkan oleh beliau terutama yang berhubungan dengan budaya
tersebut dijadikan sebagai sunnah oleh sebagian umatnya sebagai wujud rasa
hormat dan kecintaan kepada beliau.
Di Jawa, pada periode pengembangan
Islam oleh wali songo, seni pewayangan, kidung jawa, menabuh bedug (alat untuk
memanggil massa) dan lain sebagainya merupakan bagian dari kehidupan tradisi
masyarakat jawa pada umumnya. Tetapi oleh para wali Songo dijadikan sebagai
media dakwah agar risalah Allah yang disampaikan itu lebih masuk kekalangan masyarakat
bawah dan diterima dengan baik. Begitupun di daerah-daerah lain yang memiliki
ragam budaya yang khas dan berbeda tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai
positifnya setelah masuknya Islam.
Hal yang paling mendasar dalam Islam
adalah menyempurnakan akhlaq manusia dan membentuk moralitas yang lebih
tinggi dari makhluk-makhluk lain, baik dimata Allah maupun dimata manusia
sendiri. Hal ini sejalan dengan cita-cita dan prinsip Rasulullah; “Innama
bu’istu li utammima makarima al-akhlaq”, “sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlaq”.
Semoga kita dapat menerima
perbedaan..!!!Wassalam..
Penulis: Abi Husna
0 komentar:
Posting Komentar