Selasa, 06 Mei 2014

TAHI "LALAT" YANG DICINTAI

Oleh : Abi Husna



Apa yang anda fikirkan jika tubuh terkena tahi? Ya.. pertama ada dalam otak kita adalah kotor, jijik, najis dan lain sebagainya. Tak terbayangkan jika kotoran itu nempel di badan, di hidung atau di bibir kita, serta merta dengan cepat kita akan membersihkannya. Tentu kaidah fiqh dengan membasuh 3 kali bisa jadi tidak berlaku, ia akan berkali-kali membasuh layaknya orang obsesif kompulsif/was-was sampai benar-benar yakin kotorannya hilang. Tapi beruntung yang menempel itu hanya tahi lalat bukan tahi ayam, tahi kucing, atau tahinya sendiri.



            Tahi lalat, kata ini sudah melekat dengan tanda hitam di bagian tubuh. Mungkin karena lalat hewan berukuran kecil sehingga tanda yang berukuran kecil di tubuh tersebut identik dengan tahi “nya” lalat. Walaupun tak seorangpun dapat menunjukan bukti bahwa bentuk tahi lalat sama seperti tanda hitam pada tubuh manusia itu, penamaan tahi lalat seolah telah dipatenkan sehingga tidak selalu dihubungkan dengan kecilnya bentuk tanda tersebut. Walaupun faktanya terdapat tanda yang lebih besar tetap saja dinamakan tahi lalat bukan tahi ayam.



Tidak sedikit orang mengiginkan munculnya tahi lalat di bagian tubuhnya, apalagi jika tahi lalat tersebut berada pada tempat yang menurutnya pantas dan enak dipandang. Namun, tidak sedikit pula yang merasa terganggu karena keberadaan tahi lalat di bagian tubuh yang tidak dikehendaki. Sehingga mereka merasa kurang percaya diri sekaligus minder.



Saudaraku yang saya cin tai.. pada kesempatan kali ini penulis mencoba meng-interpretasi-kan tahi lalat dari sudut pandang berbeda. Bila diperhatikan tahi lalat rata-rata memiliki dua karakteristik, yakni berbentuk bulat dan berwarna hitam. Bentuk bulat “O”, kita tahu bentuk ini tidak memiliki ujung serta garisnya tidak menunjukan batas akhir seperti garis vertikal, horizontal, atau lainnya. Siapapun akan lebih merasa nyaman membuat bentuk ini dibanding bentuk lain seperti segi tiga atau segi empat. Walaupun segi tiga dan segi empat memiliki karakteristik yang sama tidak berujung dan tidak tampak batas, namun tingkat kejenuhan bulat lebih rendah dibanding segitiga dan kotak. Coba saja anda lakukan gerakan berputar membuat bentuk bulat secara berulang-ulang di tempat yang sama dan lakukan gerakan membuat bentuk yang lain kemudian rasakan perbedaannya. Analogi di atas menggambarkan bahwa nafsu manusia jika terus diikuti tidak akan berkesudahan. Sedangkan warna hitam pada tahi lalat menggambarkan titik dosa dari nafsu yang tak terkendali dalam diri manusia. 



Tahi lalat pada kenyataannya cukup menarik untuk dilihat, dari bentuknya yang kecil dan menggemaskan apalagi berada pada bagian tubuh yang pas. Karena begitu menariknya tahi lalat, sehingga kita tidak lagi membayangkan jijik dan kotornya tahi. Makna tahi kemudian menjadi bias dan memiliki arti yang lain. Begitupun perbuatan dosa yang digambarkan perbuatan kotor dan munkar terhadap Allah menjadi sesuatu yang menyenangkan.



Maha pengasih Allah yang begitu besar cinta-Nya kepada umat manusia, seberat apapun dosa yang di dilakukan manusia, Allah tidak langsung memberi adzab dengan memberi label tanda dosa pada tubuh si pendosa, sehingga orang-orang disekitarnya dapat mengetahui bahwa ia adalah seorang yang pernah melakukan dosa. Tak terbayangkan jika seorang melakukan satu dosa kemudian mendapatkan satu tanda hitam pada tubuhnya. Kemudian melakukan lagi dosa yang kedua lalu mendapatkan dua tanda hitam dan seterusnya. Tetapi tidak demikian adanya, besar kecil dosa yang dilakukan hanya Allah dan individu pelaku dosa itu sendiri yang mengetahui. Sehingga menurut Al-Ghozali efek dosa yang dilakukan cukup membekas dihati dan kelak akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah swt..

Al-Ghozali mengibaratkan hati yang penuh dosa itu dengan cermin kusam dan penuh noda, semakin lama kotoran pada cermin semakin susah untuk dibersihkan. Itulah tanda dosa dalam hati manusia bila analogikan seperti tahi lalat pada tubuh yang semakin membesar dan susah dihilangkan. Namun irronis nya, masih banyak diantara kita yang gemar mengoleksi tahi (baca=dosa) untuk mengkotori diri sendiri. Sehingga tahi-tahi yang berserakan begitu amat dicintai.

Komca

Terima Kasih telah berkunjung dan membaca artikel ini.

1 komentar:

  1. berbahagialah yang memiliki tahi lalat, senantiasa mengingat dosa ketika bercermin.. good article!

    BalasHapus

 

Copyright @ 2013 Komunitas Baca Mata Hati.

Designed by Templateism | MyBloggerLab | Distributed by Rocking Templates