Oleh : Abi Husna
Apa yang anda fikirkan jika tubuh terkena tahi? Ya.. pertama ada dalam otak kita adalah kotor, jijik, najis dan lain sebagainya. Tak terbayangkan jika kotoran itu nempel di badan, di hidung atau di bibir kita, serta merta dengan cepat kita akan membersihkannya. Tentu kaidah fiqh dengan membasuh 3 kali bisa jadi tidak berlaku, ia akan berkali-kali membasuh layaknya orang obsesif kompulsif/was-was sampai benar-benar yakin kotorannya hilang. Tapi beruntung yang menempel itu hanya tahi lalat bukan tahi ayam, tahi kucing, atau tahinya sendiri.
Tahi lalat, kata ini sudah melekat dengan tanda hitam di bagian
tubuh. Mungkin karena lalat hewan berukuran kecil sehingga tanda yang berukuran
kecil di tubuh tersebut identik dengan tahi “nya” lalat. Walaupun tak seorangpun
dapat menunjukan bukti bahwa bentuk tahi lalat sama seperti tanda hitam pada
tubuh manusia itu, penamaan tahi lalat seolah telah dipatenkan sehingga tidak
selalu dihubungkan dengan kecilnya bentuk tanda tersebut. Walaupun faktanya
terdapat tanda yang lebih besar tetap saja dinamakan tahi lalat bukan tahi
ayam.
Tidak
sedikit orang mengiginkan munculnya tahi lalat di bagian tubuhnya, apalagi jika
tahi lalat tersebut berada pada tempat yang menurutnya pantas dan enak
dipandang. Namun, tidak sedikit pula yang merasa terganggu karena keberadaan
tahi lalat di bagian tubuh yang tidak dikehendaki. Sehingga mereka merasa
kurang percaya diri sekaligus minder.
Saudaraku yang saya cin tai.. pada kesempatan kali ini penulis mencoba
meng-interpretasi-kan tahi lalat dari sudut pandang berbeda. Bila diperhatikan
tahi lalat rata-rata memiliki dua karakteristik, yakni berbentuk bulat dan
berwarna hitam. Bentuk bulat “O”, kita tahu bentuk ini tidak memiliki ujung serta
garisnya tidak menunjukan batas akhir seperti garis vertikal, horizontal, atau
lainnya. Siapapun akan lebih merasa nyaman membuat bentuk ini dibanding bentuk
lain seperti segi tiga atau segi empat. Walaupun segi tiga dan segi empat
memiliki karakteristik yang sama tidak berujung dan tidak tampak batas, namun
tingkat kejenuhan bulat lebih rendah dibanding segitiga dan kotak. Coba saja
anda lakukan gerakan berputar membuat bentuk bulat secara berulang-ulang di tempat
yang sama dan lakukan gerakan membuat bentuk yang lain kemudian rasakan
perbedaannya. Analogi di atas menggambarkan bahwa nafsu manusia jika terus
diikuti tidak akan berkesudahan. Sedangkan warna hitam pada tahi lalat
menggambarkan titik dosa dari nafsu yang tak terkendali dalam diri manusia.
Tahi
lalat pada kenyataannya cukup menarik untuk dilihat, dari bentuknya yang kecil
dan menggemaskan apalagi berada pada bagian tubuh yang pas. Karena begitu
menariknya tahi lalat, sehingga kita tidak lagi membayangkan jijik dan kotornya
tahi. Makna tahi kemudian menjadi bias dan memiliki arti yang lain. Begitupun
perbuatan dosa yang digambarkan perbuatan kotor dan munkar terhadap Allah
menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Maha
pengasih Allah yang begitu besar cinta-Nya kepada umat manusia, seberat apapun
dosa yang di dilakukan manusia, Allah tidak langsung memberi adzab dengan
memberi label tanda dosa pada tubuh si pendosa, sehingga orang-orang
disekitarnya dapat mengetahui bahwa ia adalah seorang yang pernah melakukan
dosa. Tak terbayangkan jika seorang melakukan satu dosa kemudian mendapatkan
satu tanda hitam pada tubuhnya. Kemudian melakukan lagi dosa yang kedua lalu
mendapatkan dua tanda hitam dan seterusnya. Tetapi tidak demikian adanya, besar
kecil dosa yang dilakukan hanya Allah dan individu pelaku dosa itu sendiri yang
mengetahui. Sehingga menurut Al-Ghozali efek dosa yang dilakukan cukup membekas
dihati dan kelak akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah swt..
Al-Ghozali
mengibaratkan hati yang penuh dosa itu dengan cermin kusam dan penuh noda,
semakin lama kotoran pada cermin semakin susah untuk dibersihkan. Itulah tanda dosa
dalam hati manusia bila analogikan seperti tahi lalat pada tubuh yang semakin
membesar dan susah dihilangkan. Namun irronis nya, masih banyak diantara kita
yang gemar mengoleksi tahi (baca=dosa) untuk mengkotori diri sendiri. Sehingga
tahi-tahi yang berserakan begitu amat dicintai.
berbahagialah yang memiliki tahi lalat, senantiasa mengingat dosa ketika bercermin.. good article!
BalasHapus