Kamis, 15 Mei 2014
Kamis, Mei 15, 2014
Rabu, 14 Mei 2014
Rabu, Mei 14, 2014
TUHAN TIDAK TULI
Penulis : Abi Husna
Ratusan bahkan ribuan ensiklopedi kata-kata tersimpan dalam memori otak kita sehingga ketika terjadi sesuatu di kehidupan nyata entah itu yang bersinggungan dengan diri kita atau orang lain, perbendaharaan kata-kata tadi dapat terekpresikan melalui ucapan, tuturan, gumaman, bantahan, sanjungan, ataupun cacian, yang terpenting adalah segala bentuk tektek bengek informasi yang menjejali otak kita dapat dikeluarkan dengan bebas. Kata-kata yang tersusun menjadi beberapa kalimat secara membabi buta keluar dari mulut kita. Hati terasa lega, otak terasa jernih ketika ucapan-ucapan itu keluar dan termuntahkan, serasa membuang kotoran isi perut yang tetahan-tahan kemudian dikeluarkan begitu saja ke dalam closet, sbrooo…ott!! Puaass..!!
Ketauhilah apa yang terucap dari mulut kita itu pada hakikatnya merupakan tanggapan atau balasan (respons) terhadap rangsangan (stimulus) yang ada, karena rangsangan itu mempengaruhi segala bentuk ekspresi pikiran kita. Ketika stimulus mempengaruhi, kemudian pikiran menerjemahkan apa saja yang tersirat di dalam hati. Dan pada saat itulah apakah kita sadar?? bahwa apa yang terucap dari setiap kata yang dikeluarkan dari mulut kita, Allah pun mendengarnya..?!!!
Selasa, 13 Mei 2014
Selasa, Mei 13, 2014
EKSPLORASI
Eksplorasi
adalah salah satu bentuk kegiatan KOMCA yang dilaksanakan setiap ahir
bulan. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan mengasah
kreatifitas para anggota komunitas dalam membuat tulisan. Yang menarik
dari kegiatan ini adalah masing-masing peserta diharuskan untuk membuat
tulisan tentang satu objek yang sama tanpa persiapan sebelumnya, karena
objek penulisan sendiri ditentukan bersama di awal kegiatan tersebut.
Spekulasi tentang tema yang muncul pun beragam, dan membuat semua peserta penasaran dan tidak sabar untuk segara mengetahui hasil karya teman yang lain. Bagaimana tidak, perbedaan karakter, background, dan isi kepala masing-masing peserta membuat objek yang semula tampak biasa menjadi karya tulis dengan genre yang bermacam-macam. Karya-karya antik, unik, bahkan aneh terkesan nyeleneh ala komca sekalipun sesekali muncul memecah dominasi karya-karya ilmiah yang terkesan kaku dan monoton. Inilah yang membuat kegiatan eksplorasi ditunggu dan tidak terasa membosankan.
Spekulasi tentang tema yang muncul pun beragam, dan membuat semua peserta penasaran dan tidak sabar untuk segara mengetahui hasil karya teman yang lain. Bagaimana tidak, perbedaan karakter, background, dan isi kepala masing-masing peserta membuat objek yang semula tampak biasa menjadi karya tulis dengan genre yang bermacam-macam. Karya-karya antik, unik, bahkan aneh terkesan nyeleneh ala komca sekalipun sesekali muncul memecah dominasi karya-karya ilmiah yang terkesan kaku dan monoton. Inilah yang membuat kegiatan eksplorasi ditunggu dan tidak terasa membosankan.
Silahkan klik link di bawah ini untuk melihat karya-karya hasil kegiatan eksplorasi...!
Eksplorasi edisi perdana: Senin, 05 Mei 2014. (TAHI LALAT)
Selasa, Mei 13, 2014
TAHI LALAT
EKSPLORASI EDISI PERDANA: SENIN, 05 MEI 014.
Objek latihan menulis pada kesempatan perdana kegiatan eksplorasi adalah tahi lalat. Ide ini muncul dari salah satu anggota bernama Abi Husna, ketika sedang berembuk menentukan objek tulisan, Abi Husna melihat tahi lalat yang dimiliki sahabatnya dan secara spontan Abi Husna mengajukannya agar menjadi objek latihan.
Nah.. Sahabat komca sekalian..! Berikut kita simak hasilnya:
Objek latihan menulis pada kesempatan perdana kegiatan eksplorasi adalah tahi lalat. Ide ini muncul dari salah satu anggota bernama Abi Husna, ketika sedang berembuk menentukan objek tulisan, Abi Husna melihat tahi lalat yang dimiliki sahabatnya dan secara spontan Abi Husna mengajukannya agar menjadi objek latihan.
Nah.. Sahabat komca sekalian..! Berikut kita simak hasilnya:
Selasa, Mei 13, 2014
TERIMA
Oleh: Bean
Tengok kanan sunyi …..
Tengok kiri sepi ……
Lihat kedepan hanya terlihat puncak gunung bercampur awan lihat kebelakang tak ada siapapun lihat ke atas hanya ada awan, langit yang begitu cerah berwarna biru. Dan di bawah terdapat rumput yang hijau nan tebal.
Semilir angin yang berhenbus terasa begitu sejuk, kicauan burung-burung, semut-semut yang berjalan, kupu-kupu yang beterbangan, belalang yang berloncatan, alam yang begitu indah. Semesta yang begitu tenang. Pejamkan mata, nikmati nikmati hembusan angin, rasakan… rasakan… rasakan itu semua ….
Dan temukanlah …..
Betapa Indonesia raya ….
Betapa tuhan Maha besar …….
Selasa, Mei 13, 2014
DARI RAKYAT OLEH RAKYAT UNTUK "WAKIL RAKYAT"
Oleh: Alamalik
Dari Rakyat Oleh Rakyat Untuk Rakyat. Siapa yang belum pernah dengar kalimat ini? Ini bukanlah kalimat biasa. Kalimat ini sudah menjadi “Kalimat Sakti” bagi pemerintah untuk membodohi dan “menina-bobokan” rakyat. Semakin dilantunkan semakin lelap dan panjang tidur rakyat. Semakin lama rakyat tidur maka semakin leluasa mereka melakukan konspirasi dan kebijakan-kebijakan yang ujungnya untuk membangun kejayaan mereka sendiri.
Lalu apakah sebenarnya kalimat tersebut, sehingga menjadi bius ampuh untuk rakyat? Dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat adalah asas demokrasi negeri ini. Dimana secara hakikat rakyat secara tidak langsung memegang kekuasaan tertinggi. Melalui lembaga pemerintahan atas nama wakil rakyat (DPR), suara dan aspirasi rakyat di sampaikan agar jadi pertimbangan pemerintah dalam menentukan dan memutuskan kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan rakyat.
Dalam Citizenship (Sedarnawati Yasni: 2009) menguraikan bahwa demokrasi dapat dimaknakan sebagai keadaan negara yang dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat yang berkuasa, pemerintahan atas nama rakyat dan kekuasaan oleh rakyat. Hakekat demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, pemerintahan oleh rakyat, dan pemerintahan untuk rakyat.
Namun apakah asas demokrasi ini benar-benar jadi pedoman bagi pemerintah dalam menjalankan roda kepemerintahannya? Apakah wakil rakyat (Anggota DPR) benar-benar berdiri sebagai wakil rakyat dan memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan rakyat? Dan bagaimana penilaian rakyat terhadap kinerja wakil mereka?
Kinerja dpr buruk
Hasil penelitian yang dilakukan Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) yang dirilis di Gedung Djoang Jakarta, Kamis (3/4/2014). Melaporkan bahwa rapor kinerja anggota DPR RI periode 2009-2014 dinilai sangat buruk. Dari 519 anggotanya, 83,3 persen dinilai buruk, sedangkan yang dinilai berkinerja baik hanya 6,4 persen, dan 9,8 persen anggota DPR memiliki kinerja cukup. (Anita Yossihara, KOMPAS.com)
Dari hasil analisis di atas, disimpulkan bahwa mayoritas anggota DPR berkinerja buruk. Jika diuraikan ada 318 anggota DPR mendapat nilai sangat buruk, 117 anggota mendapat nilai buruk, dan 51 orang anggota mendapat nilai cukup. Sementara anggota yang dianggap berkinerja baik hanya sebanyak 29 orang. Dan hanya ada 4 orang dari 519 anggota DPR atau 0,8 persen yang berkinerja sangat baik. Artinya kurang dari 10 persen wakil kita yang duduk di sana dengan predikat kinerja baik.
Namun ironinya, sementara anggota DPR bekerja tidak becus justru mereka memperoleh gaji yang sangat besar. Bahkan yang mencengangkan gaji anggota DPR RI adalah yang terbesar ke-empat di dunia setelah Nigeria, Kenya, dan Ghana. Gaji anggota DPR RI pun jauh lebih besar dari pada gaji anggota DPR di Ameika serikat dan negara-negara maju lainnya.
Peringkat tersebut disusun bukan berdasar jumlah tetapi berdasar perbandingan gaji dengan pendapatan per kapita penduduk. Data gaji anggota DPR itu dirilis oleh Independent Parliamentary Standards Authority (Ipsa) dan Dana Moneter Internasional (IMF). Data ini juga dimuat majalah Economist edisi 20-26 Juli 2013. (Merdeka.com)
Indonesia berada di peringkat keempat dengan jumlah gaji anggota DPR-nya 18 kali lipat dari pendapat per kapita rata-rata penduduk Indonesia. Menurut data Ispa, gaji anggota DPR di Indonesia per tahun adalah USD 65.000.
Kehidupan seorang wakil rakyat pun terbilang glamor dan hedonis. Tidak berlebihan dikatakan demikian, jika kita menengok kendaraan-kendaraan mewah milik para wakil rakyat. Mobil mewah macam Himmer seharga Rp1,4 miliar, Mercedez Benz seharga Rp1,9 miliar sementara kelas rendah adalah Toyota Harrer seharga Rp660 juta.
Jika sudah begini nampaknya asas demokrasi hanya berupa slogan semata. Toh justru yang mendapat kesejahteraan adalah wakil rakyat, yang berfoya-foya ya wakil rakyat, yang bermewah-mewahan wakil rakyat, dan yang berliubur ke luar negeri juga wakil rakyat. Sementara rakyat hanya kebagian menggaji mereka saja.
Sedarnawati Yasni, 2009, Citizenship
Selasa, Mei 13, 2014
TAHI LALAT DI HALTE BUS
Oleh: Alamalik
Pagi itu gerimis seperti hari sebelumnya. Tahun ini nampaknya musim hujan minta jatah lebih panjang dari biasanya. Gemercik bunyi atap halte dan bunyi sepatu basah pejalan kaki seolah menjadi irama yang saling berpaut menciptakan ritme khas pada pagi itu.“Ceplak ceplak krenting krenting” dan sesekali di selingi dengan suara klakson angkutan kota “Tooot toot” bagaikan alunan musik. Sehingga membuatku betah berlama-lama di tempat tersebut.
Jalanan yang lembab setengah becek membuatku malas bangkit. Maka kuputuskan untuk menyalakan sebatang lagi. Aku periksa jam dan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 07.45. berarti sudah satu jam lebih aku duduk di sini. Dan terhitung 4 puntung rokok berserakan di sekelilingku. Berarti ini kali kelima aku merokok semenjak duduk di sini.
Namun kenapa aku enggan juga untuk bangkit. Padahal 15 menit lagi Mata Kuliah Pak Te*o dimulai. Apa lagi dosen ini terkenal killer dan sadis. Gawat..! bakal kena semprot gledek lagi deh.. apa lagi yang paling menakutkan kalau marah-marah sambil sesekali menggelengkan kepalanya dikombinasikan dengan kumis tebalnya yang naik turun mengikuti gerak bibirnya. Itu artinya beliau sedang marah besar.
Ahirnya setelah terasa panas di bibir, dan sulit untuk di pegang baru aku matikan. Dan the last one, di sakuku tinggal tersisah satu batang rokok lagi.
Baru saja aku berniat untuk bergegas ke kampus, datanglah seorang pria tua duduk di sampingku. Aku pun menatapinya dari ujung kaki sampai kepala. Dan bulatan hitam di hidungnya menarik perhatianku. Semula aku menyangka sisah tauco yang menempel setelah dia menghabiskan sarapannya. Namun ternyata setelah kuperhatikan kembali itu tidak seperti tauco yang biasa aku makan.
Karena penasaran, maka aku putuskan untuk bertanya langsung. “Pak, maaf. Benda hitam yang nempel di hidung itu apa? tauco ya?” tanyaku sok tahu. Lalu sambil menyentuh benda hitam tersebut dengan nada keras bapak tua itu menjawab: ”Ini namanya tahi lalat..! memangnya kamu belum pernah lihat..?” Bapak tua itu balik bertanya. “Belum pernah Pak, aku tak pernah mengira ternyata hewan ini mampu mengeluarkan kotoran lebih besar dari ukuran tubuhnya” jawabku tegas. “Kenapa tidak segera dibersihkan Pak?” Tanyaku lagi. Karena menurutku itu sangat menggangu, dan aku tak habis pikir bapak tua itu betah dengan kotoran yang nongkrong di hidungnya. Namun tanpa menjawab, dengan muka sedikit merah bapak tua itu buru-buru pergi tanpa sepatah kata pun.
Tidak lama berselang, seorang wanita sambil menggendong bayi ikut duduk di sampingku. Aku perhatikan anak bayi itu sedang asik mengulum sesuatu di dada kiri wanita tersebut. Setela aku amati, ternyata benda bulat hitam itu lagi. Bulat dan hitam mirip seperti yang nempel di hidung si bapak tua tadi alias tahi lalat. Namun yang ini ukurannya sedikit lebih besar dan terletak di bagian dada. Tanpa basa-basi aku pun mengingatkan wanita itu: “Itu Bu..! Anak bayinya makan tahi lalat..!”
Dan....
“PLAK..!!!” sebuah tamparan keras mendarat di pipiku.
Selasa, Mei 13, 2014
PENGARUH TAHI LALAT
Oleh : Bean
Hitam pekat ……
Itulah yang terlihat ketika ku
memandangnya ….
Terkadang terdapat rambut ditengahnya,
namun lebuh banyak yang tak berambut.
Jika terletak di posisi yang tepat…….
Maka si pemilik akan terlihat sangat
manis, atau imut.
Namun jika jumlah dan posisi yang tidak
tepat, maka akan terlihat kurang pantas atu jelek.
Tahi lalat merupakan salah satu ciptaan
yang Maha Kuasa.
Kita bisa belajar dari tahi lalat.
Jika kita tidak dalam perilaku yang
tepat, atau akhlak yang bukan pada tempatnya, maka kita akan terlihat jelek,
dan sebaliknya jika perilaku kita berada dalam posisi yang benar atau tepat,
maka kita akan terlihat bagus.
Namun sebagai manusia,kita bias merubah posisi kita memjadi lebih baik, jangan seperti tahi lalat, ia tidak bisa merubah posisinya, dan tahi lalat hanya bias dihilangkan.
Wahai para khalifah bumi ….
Adakah manfaat dari tahi lalat … ?
Jika ada, apa manfaatnya .. ?
Dan kenapa ada tahi lalat … ?
Dan kenapa tidak semuanya memiliki tahi
lalat .. ?
Sebenarnya apa yang menyebabkan adanya
tahi lalat ? dan apa yang menyebabkan seseorang tidak memiliki tahi lalat ?
Tahi lalat memiliki beberapa mitos yang cukup lumrah beredar di masyarakat.
Yang katanya …
Jika tahi lalat terletak di atas bibir,
maka si pemilik tahi lalat tersebut memiliki kemampuan berbicara di atas
rata-rata, atau pintar bedebat.
Ada juga yang mengatakan jika tahi lalat
terletak di bawah bibir, maka si pemilik tahi lalat tersebut memiliki sifat
cerewet atau bawel.
Sebenarnya pengaruh kah tahi lalat terhadap manusia ? jika berpengaruh, maka apa da seberapa besar pengarunya terhadap manusia ?
Selasa, 06 Mei 2014
Selasa, Mei 06, 2014
JANGAN BIARKAN ANAK KITA ATHEIS
Oleh: Abi Husna
Peran kedua orang tua sangat menentukan masa depan anak-anaknya.
Disamping ayah sebagai pemimpin keluarga begitupun ibu memiliki peranan penting
dalam hal pendidikan anak-anak (al-ummu kal madrasatil ula).
Betapa tidak, kedekatan anak dengan ibu secara emosional melebihi kedekatannya
dengan ayah. Semenjak dalam kandungan sampai lahir kedunia hingga tumbuh
dewasa. Kehidupan seorang anak tidak lepas dari peran seorang ibu termasuk
keberhasilan pendidikannya.v
“Hai orang-orang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu” (QS. Att-Tahrim : 6)
“Setiap diantara
kalian adalah pemimpin, dan akan diminta pertanggung jawaban”. (al-Hadits)
Usia Emas (golden age).
Setiap orang tua tentu merasa senang menyaksikan anaknya
aktif, kreatif, cerdas dan kritis. Tentu hal ini menjadi harapan dan kebanggan
tersendiri. Di usia 3 – 5 tahun anak sudah mulai belajar berfikir. Usia ini
disebut-sebut sebagai “golden age”. Apa yang ia lihat dan ia dengar dengan
cepat akan tersimpan dalam memorinya. Maka jangan heran akan sering muncul
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan apa yang ia lihat, ia dengar dan
ia rasakan. Dengan harapan ia dapat memperoleh jawaban yang memuaskan.
Ketika mendapatkan satu jawaban dari setiap pertanyaan
yang dilontarkan, ia sudah mampu mengkorelasikan dengan logika yang ia miliki
saat itu. Termasuk keingintahuannya tentang Tuhan, ia akan mulai bertanya
“siapa Allah? Dimana Allah?.. tentu kita perlu berfikir dalam untuk mencari
jawabannya, jawaban yang sederhana, singkat dan jelas cukup membantu menemukan
keingintahuannya itu. Dan tentu saja disesuaikan dengan perkembangan nalar anak
Pada usia emas (golden
age) mereka tengah memahami dunia yang cukup mengherankan dimata mereka.
Menurut Carol Faulkner, Ph.D. seorang psikolog anak mengatakan “anak
kecil itu tak ubahnya orang dewasa di negara asing, mereka punya pengalaman dan
sensasi baru setiap hari. Terkadang menyenangkan, terkadang membingungkan”.
Sekedar contoh saja, hal ini terjadi pada anak saya Husna (3.5 tahun) ia pernah
menanyakan hal-hal yang tidak disangka. Dari soal kuping (baca; telinga),
keberadaan Allah, tentang surga, sampai soal kematian seseorang.
Berawal Dari Kuping
Husna rupanya menemukan sensasi menyenangkan ketika
memegang kuping orang tuanya, bahkan menjelang tidur sudah menjadi ritualnya
sehari-hari. Suatu ketika ia bertanya “Abi,
kuping beli dimana?”. Saya menjawab “kuping
ini pemberian Allah”. Tidak berhenti disini saja ia pasti akan bertanya
siapa dan dimana Allah berada. Konsekuensinya saya harus menjawab karena telah
memberikan informasi meyakinkan bahwa kuping itu pemberian Allah bukan beli
dengan sejumlah uang di toko. Dan benar saja, ia melanjutkan pertanyaan seperti
yang saya duga. “Allah ada dimana, bi..?”.
Perlu mencari kata yang tepat menjelaskan tentang
ketuhanan untuk seusia dia. Ketika anak bertanya tentang Tuhan, itulah moment
yang paling krusial yang dihadapi orang tua. Perlu kehati-hatian dalam menjawab
pertanyaan ini. Bila salah sedikit bisa berarti kita menamkan benih kesyirikan
dalam diri buat hati kita.
Dimana Allah berada? Jika jawaban Allah itu ada
dimana-mana. Khawatir anak akan berfikir Allah itu banyak dan terbagi-bagi.
Jika menjawab, Allah ada diatas, di langit, di surga, atau di ‘arsy, hal ini
menyesatkan logika dan nalar anak yang belum mampu memahami sejauh itu. bila
ada di langit berarti di bumi tidak ada, bila di surga kalau begitu surga lebih
besar dari Allah karena Allah ada di dalamnya, berarti prinsip Allahu akbar itu
bohong. Seketika itu saya langsung ambil tangannya dan menyentuhkannya tepat di
dada. ”Allah itu ada di hati anak yang baik dan sholehah”. Setelah memberi
jawaban itu saya merasa lega, mudah-mudahan itu jawaban terbaik yang saya
berikan terlepas dipahami atau tidak, yang jelas suatu saat ia dapat berfikir
bahwa Allah benar adanya. Saat ini dan mungkin nanti ia masih menyimpan
beberapa pertanyaan dalam benaknya. Pada perkembangannya bisa jadi ia akan
lebih ingin mengenal Allah pembuat kuping favoritnya itu.
Tentang Kematian
Pada moment tertentu ia menyaksikan suasana yang sungguh
berbeda, suasana yang belum pernah ia saksikan sebelumnya. Orang-orang
disekitar diliputi suasana penuh duka karena meninggalnya seorang kerabat. Pada
saat itu ia menemukan kembali keadaan yang membingungkan. Beberapa orang
terlihat menunjukan ekspresi sedih bahkan ada yang menangis histeris, sebagian
lagi tampak sibuk mengurus jenazah. Sehingga ia terdorong untuk bertanya;
kenapa meninggal, kenapa dikubur, kalau dikubur bagaimana makan dan minumnya,
pulangnya bagaimana, dll.
Di usia 3 sampai 5 tahun, anak-anak masih cenderung
berfikir imajinatif bahwa kematian adalah perjalanan menuju alam sana, atau kematian itu
seperti tidur panjang dan kemudian akan terbangun lagi. Sehingga ia seolah
menunjukan kekhawatiran/keresahan tentang bagaimana keadaan orang yang ia kenal
itu masuk ke dalam kubur. Menghadapi situasi ini ia akan terjebak dalam
kebingungan mengenai kematian. Bagaimana cara orang tua menjelaskan kematian
dan bagaimana mereka menjawab tentang kematian kini menjadi sangat penting. Para orang tua harus mulai menyadari bahwa konsep
kematian yang dipahami anak akan berubah seiring dengan bertambahnya umur
mereka.
Saat menjelaskan kematian, orang tua biasanya harus
dihadapkan dengan beberapa fakta seperti penyakit, kecelakaan dan usia tua.
Kita bisa memilih informasi yang sesuai dengan kapasitas anak-anak untuk
memahaminya. Contoh jika anak berusia 3 tahun ingin tahu mengapa kakek/neneknya
meninggal, cukup mengatakan “Kakek/nenek sudah tua, sudah tidak kuat lagi”.
Tidak perlu menjelaskan panjang lebar dan mendalam yang hanya menambah
kebingungan anak saja. Bahkan penjelasan relijipun tidak selamanya dapat
membantu, hanya sedikit dari mereka yang bisa menerima penjelasan seperti
“Allah telah mengambilnya..” anak-anak nanti akan kesal terhadap Tuhannya. Atau
menjelaskan lebih dalam lagi seperti “Orang-orang yang baik, sholeh dan
sholehah setelah meninggal nanti akan masuk surga, disana kita bisa bertemu
dengan Allah”, anak-anak akan takut masuk surga karena sebelumnya harus mati
dulu.
Jangan biarkan anak kita terperangkap dalam kebingungan,
sehingga kebingungan tersebut berlarut yang akhirnya menghasilkan pemikiran
apatis setelah dewasa nanti. Kekhawatiran saya ini muncul ketika membaca satu
catatan perjalanan seorang mualaf yang menceritakan masa lalunya yang
membingungkan semasa kanak-kanak. Walaupun catatat tersebut menceritakan
tentang kehidupan seorang mualaf semasa kecil yang tumbuh dilingkungan
non-muslim tetapi hal ini patut diambil pelajaran. Setidaknya semua anak
mengalami tumbuh kembang cara berfikir yang sama baik muslim maupun non-muslim.
Gene Netto, seorang mualaf asal New Zealand (Selandia
Baru), lahir dilingkungan keluarga katolik, ia mengalami kebingungan ketika
mencari Tuhan. Saat itu ia berusia 9 tahun, ia bertanya kepada orang-orang
terdekat tentang Tuhan namun seringkali mendapatkan penjelasan yang tidak
memuaskan. Akhirnya ia berfikir bagaimana ia bisa mendapatkan penjelasan
tentang semua hal yang membingungkan. Satu-satunya jalan adalah bertemu
langsung dengan Tuhan.
Gene mulai bertutur; “Pada suatu hari, saya menunggu
sampai larut malam. Saya duduk di tempat tidur dan berdoa kepada Tuhan. Saya
menyuruh Tuhan untuk menampakan diri kepada saya supaya saya dapat melihat-Nya
dengan mata saya sendiri. Saya menyatakan bahwa saya siap percaya dan beriman
kepada Tuhan kalau saya bisa melihat-Nya sekali saja dan mendapatkan jawaban
yang benar dari semua pertanyaan saya. Kata orang Tuhan bisa melakukan apa
saja, kalau benar berarti Tuhan bisa muncul di kamar saya. Saya berdoa
bersungguh-sungguh dan menatap jendela kamar, menunggu cahaya Tuhan masuk dari
luar.
Saya menunggu lama sekali. Sepuluh menit, lima belas menit. Mana
Tuhan?. Kata orang Tuhan maha mendengar, berarti sudah pasti mendengar saya.
Saya menunggu lagi, dan melihat jendela.. Kenapa Tuhan belum juga datang?
Barangkali dia sibuk/ kena macet? Saya lihat jendela lagi. Setelah menunggu
sekian lama dan memberi kesempatan kepada Tuhan untuk muncul. Tetapi Tuhan
ternyata sibuk pada malam itu dan tidak hadir.
Hal ini membuat saya bingung. Bukannya saya sudah
berjanji bahwa saya akan percaya kepada-Nya kalau Dia membuktikan bahwa
Diri-Nya benar-benar ada? Kenapa Dia tidak mau menampakkan diri? Bagaimana saya
bisa percaya kalau tidak bisa melihat-Nya? Saya menangis dan tidur. Besoknya
saya berdoa lagi dengan doa yang sama. Hasilnya pun sama; Tuhan tidak datang
dan saya menangis lagi.
Ini merupakan contoh logika anak kecil. Dalam pengertian
seorang anak apa yang tidak terlihat, tidak ada. Apalagi sesuatu yang begitu
sulit didefinisikan seperti konsep “Tuhan”. Dan pada saat itu, Gene Netto kecil
terjerumus dalam kebingungan. Ia memutuskan untuk tidak percaya kepada Tuhan
hingga dewasa, sampai akhirnya ia menemukan kebenaran dalam Islam.
Diakhir catatan ini, saya menemukan satu kesimpulan
bahwa cara berfikir imajiner terhadap keberadaan Tuhan waktu kecil mempengaruhi
persepsi ketuhanan ketika dewasa. Peran orang tua sangat penting dalam
membimbing ketauhidan anak sejak dini, sehingga terhindar dari pola pikir yang
menyimpang. Jadi, jangan biarkan anak kita A T H E I S..!!!
Naudzubillah ..!!!
Selasa, Mei 06, 2014
ARTI SEBUAH TAHI LALAT
Oleh: Malakasinu
Pada tubuh manusia ada satu
tanda hitam atau kehitaman, ukurannyapun berbeda-beda tapi pada umunya kecil.
Tanda ini ada yang tetap ada juga yang berubah (berkembang semakin besar)
apakah gerangan arti atau kontribusi dari tanda tersebut bagi si pemiliknya?
Ada
satu hal unik pada tubuh manusia, yang mungkin kita jarang memperhatikannya
secara serius yaitu Tahi lalat atau andeng-andeng (b. jawa). Sekilas secara umum tahi lalat
biasa dikenal sebagai semacam tanda
tubuh biasa yang tidak bermakna. Kenapa sesuatu itu (tanda tubuh) dinamai tahi
lalat? Bisa ada beberapa kemungkinan. Dalam teori bahasa dikenal ada istilah onomatopea,
yaitu penamaan atau penyebutann sesuatu didasarkan pada kemiripan terhadap
sesuatu yang lain. Selanjutnya, dalam teori bahasa dinyatakan bahwa
penamaan—penandaan—sesuatu tidak berhbungan langsung, artinya tidak ada kaitan
terhadap sesuatu yang dirujuknya. Hal ini disebut arbitrer, yaitu
sewenang-wenang, jadi yang menjadi dasarnya adalah konvensi pemakai bahasa.
Tapi
jangan salah. Kalau kita telisik dan perhatikan sebenarnya ada sesuatu yang menarik
dibalik tahi lalat. Tahi lalat ini kadang mengganggu, tapi tak jarang juga
malah membantu pemiliknya. Ia justru menjadi pemanis dan bahkan menjadi “trade
mark” bagi seseorang. Contohnya actor filem era 80-an yang terkenal dengan tahi
lalatnya yaitu Rano Karno. Bahkan anak muda pada masanya, banyak yang berusaha
menyerupai dengan cara memberi tanda tubuh yang persis sama dengan idolanya
untuk menunjukkan bahwa mereka penggemarnya.
Dari
contoh diatas, kita bias telisik ternyata tahi lalat memiliki peran penting
bagi identitas sesorang. Secara bilogis tahi lalat merupakan gejala pigmen
kulit yang biasa terjadi pada tubuh manusia.
Dalam
kajian bahasa ada istilah semiotic, yaitu ilmu yang mempelajari tanda dan atau
symbol. Dalam hal ini bahasa adalah salah satu bentuk symbol. Smbol ini tidak
hanya berupa bahasa bahkan bias berupa apa saja. Pokoknya setiap sesuatu yang
bias menjadi rujukan bagi yang lain. Yaitu sesuatu yang menunjukkan kepada
sesuatu yang lain yang disebut makna.
Makna
juga bias bermacam-macam tergantung konteks yang melatarinya. Jadi dilihat dari
sisi ini tahi lalat merupakan tanda. Dimana makna tanda tahi lalat ini bias
bermacam-macam.
Seperti
contoh tadi, actor filem ganteng Indonesia era 80-an yang memiliki tahi
lalat—dibawah dagu—memiliki makna Rano Karno. Artinya makna tahi lalat yang
demikian menunjuk kepada –reference—seseorang yaitu actor yang bernama
tersebut. Atau aktris Hollywood cantik
era than 50-an yang bertahi lalat merujuk kepada sesorang aktris yaitu Merlyn
Monroe.
Tahi
lalat juga bias bermakna “bahaya”, ini apabila kontek tahi lalat yang
melingkupinya tidak sewajarnya. Seperti kita kenal ada istilah tahi lalat hidup
yang terus membesar sehingga bias mengganggu.
Jadi
pada dasarnya, kita tidak bias mengacuhkan hal-hal yang kelihatanya sepele atau
bahkan seolah tidak bermakna (tidak ada artinya) sama sekali. Senyatanya, jika
kita perhatikan segala hal sebenarnya bias “dibaca” dan memiliki makna.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah, bahwasaanya tidak ada yang
diciptakan dengan sia-sia.
Selasa, Mei 06, 2014
TAHI "LALAT" YANG DICINTAI
Oleh : Abi Husna
Apa yang anda fikirkan jika tubuh terkena tahi? Ya.. pertama ada dalam otak kita adalah kotor, jijik, najis dan lain sebagainya. Tak terbayangkan jika kotoran itu nempel di badan, di hidung atau di bibir kita, serta merta dengan cepat kita akan membersihkannya. Tentu kaidah fiqh dengan membasuh 3 kali bisa jadi tidak berlaku, ia akan berkali-kali membasuh layaknya orang obsesif kompulsif/was-was sampai benar-benar yakin kotorannya hilang. Tapi beruntung yang menempel itu hanya tahi lalat bukan tahi ayam, tahi kucing, atau tahinya sendiri.
Tahi lalat, kata ini sudah melekat dengan tanda hitam di bagian
tubuh. Mungkin karena lalat hewan berukuran kecil sehingga tanda yang berukuran
kecil di tubuh tersebut identik dengan tahi “nya” lalat. Walaupun tak seorangpun
dapat menunjukan bukti bahwa bentuk tahi lalat sama seperti tanda hitam pada
tubuh manusia itu, penamaan tahi lalat seolah telah dipatenkan sehingga tidak
selalu dihubungkan dengan kecilnya bentuk tanda tersebut. Walaupun faktanya
terdapat tanda yang lebih besar tetap saja dinamakan tahi lalat bukan tahi
ayam.
Tidak
sedikit orang mengiginkan munculnya tahi lalat di bagian tubuhnya, apalagi jika
tahi lalat tersebut berada pada tempat yang menurutnya pantas dan enak
dipandang. Namun, tidak sedikit pula yang merasa terganggu karena keberadaan
tahi lalat di bagian tubuh yang tidak dikehendaki. Sehingga mereka merasa
kurang percaya diri sekaligus minder.
Saudaraku yang saya cin tai.. pada kesempatan kali ini penulis mencoba
meng-interpretasi-kan tahi lalat dari sudut pandang berbeda. Bila diperhatikan
tahi lalat rata-rata memiliki dua karakteristik, yakni berbentuk bulat dan
berwarna hitam. Bentuk bulat “O”, kita tahu bentuk ini tidak memiliki ujung serta
garisnya tidak menunjukan batas akhir seperti garis vertikal, horizontal, atau
lainnya. Siapapun akan lebih merasa nyaman membuat bentuk ini dibanding bentuk
lain seperti segi tiga atau segi empat. Walaupun segi tiga dan segi empat
memiliki karakteristik yang sama tidak berujung dan tidak tampak batas, namun
tingkat kejenuhan bulat lebih rendah dibanding segitiga dan kotak. Coba saja
anda lakukan gerakan berputar membuat bentuk bulat secara berulang-ulang di tempat
yang sama dan lakukan gerakan membuat bentuk yang lain kemudian rasakan
perbedaannya. Analogi di atas menggambarkan bahwa nafsu manusia jika terus
diikuti tidak akan berkesudahan. Sedangkan warna hitam pada tahi lalat
menggambarkan titik dosa dari nafsu yang tak terkendali dalam diri manusia.
Tahi
lalat pada kenyataannya cukup menarik untuk dilihat, dari bentuknya yang kecil
dan menggemaskan apalagi berada pada bagian tubuh yang pas. Karena begitu
menariknya tahi lalat, sehingga kita tidak lagi membayangkan jijik dan kotornya
tahi. Makna tahi kemudian menjadi bias dan memiliki arti yang lain. Begitupun
perbuatan dosa yang digambarkan perbuatan kotor dan munkar terhadap Allah
menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Maha
pengasih Allah yang begitu besar cinta-Nya kepada umat manusia, seberat apapun
dosa yang di dilakukan manusia, Allah tidak langsung memberi adzab dengan
memberi label tanda dosa pada tubuh si pendosa, sehingga orang-orang
disekitarnya dapat mengetahui bahwa ia adalah seorang yang pernah melakukan
dosa. Tak terbayangkan jika seorang melakukan satu dosa kemudian mendapatkan
satu tanda hitam pada tubuhnya. Kemudian melakukan lagi dosa yang kedua lalu
mendapatkan dua tanda hitam dan seterusnya. Tetapi tidak demikian adanya, besar
kecil dosa yang dilakukan hanya Allah dan individu pelaku dosa itu sendiri yang
mengetahui. Sehingga menurut Al-Ghozali efek dosa yang dilakukan cukup membekas
dihati dan kelak akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah swt..
Al-Ghozali
mengibaratkan hati yang penuh dosa itu dengan cermin kusam dan penuh noda,
semakin lama kotoran pada cermin semakin susah untuk dibersihkan. Itulah tanda dosa
dalam hati manusia bila analogikan seperti tahi lalat pada tubuh yang semakin
membesar dan susah dihilangkan. Namun irronis nya, masih banyak diantara kita
yang gemar mengoleksi tahi (baca=dosa) untuk mengkotori diri sendiri. Sehingga
tahi-tahi yang berserakan begitu amat dicintai.
Minggu, 04 Mei 2014
Minggu, Mei 04, 2014
ISLAM DAN KOLEKTIFITAS KULTURAL: Islam Sebagai Agama Rahmatan Lil'alamin
Oleh: Abi Husna
Islam Sebagai Agama Rahmatan Lil'alamin
Islam Sebagai Agama Rahmatan Lil'alamin
Pada hakikatnya Islam adalah agama
rahmat bagi seluruh alam, dimana Islam sebagai agama samawi akan
mampu memberi solusi efektif bagi seluruh persoalan manusia baik duniawi maupun
ukhrawi. Di samping nilai-nilai religiusitas serta dogma-dogma yang terkandung
di dalamnya merupakan esensi dari ajaran Islam yang sacral. Jelas dengan mudah
dapat diterima oleh umat yang mengetahuinya. Terbukti pada awal kelahirannya,
Islam dalam kurun waktu yang relatif singkat kebenaran risalah illahiyah dapat diterima
oleh sebagian besar kaum jahiliah di jazirah Arab, tanpa kekerasan dan
interpensi dari pihak manapun.ISLAM DAN KOLEKTIFITAS KULTURAL:
Islam tidak memandang manusia dari
sudut manapun, dari bangsa manapun bahkan dari budaya apapun. Hal ini karena
strategi penyampaian dakwah Islam sendiri tidak dilakukan dengan radikalisme
inklusif, tapi lebih kearah ekslusifisme. Islam tidak mengikis habis seluruh
nilai-nilai dan karakteristik (budaya) yang ada diwilayah dakwah, tetapi
justru menghormatinya. Seiring dengan itupun Islam meluruskan nilai-nilai
tersebut kearah yang lebih baik sesuai dengan syariat, yang sejalan dengan
cita-cita Islam sendiri yaitu membentuk masyarakat lebih bermoral sesuai dengan
nilai-nilai Islami. Dan pada akhirnya, Islampun dapat di terima baik oleh
kaum-kaum di seluruh pelosok bumi ini dimana mereka telah memiliki karakter dan
budaya yang beragam.
Sebagai contoh, jauh sebelum Islam
turun di wilayah Arab, masyarakat setempat memiliki kebiasaan tertentu yang
menjadi cirri khas dan telah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Seperti
memelihara janggut, mengenakan serban dikepala, memakai jubah, menunggang
kuda/unta, seni berperang, berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain, dan
lain sebagainya. Setelah Islam hadir ditengah-tengah mereka, agama ini tidak
menjadi ancaman bagi budaya tersebut walaupun pada awal nya mereka menolak
keras terhadap dogma-dogma yang baru saja mereka kenal, akan tetapi Rasulullah
beserta para sahabatnya dapat meyakinkan mereka akan kebenaran yang terkandung
dalam risalahnya. Di samping itu Islam tidak memandang skeptis terhadap budaya
yang ada. Terlebih, Islam sekaligus sebagai obat hati orang-orang Arab yang
dikenal keras dan suka berperang ketika itu. Melihat fenomena yang demikian
Sayyidina Muhammad bin Abdullah sebagai seorang Rasulullah SAW. yang dikenal
bijak dan mengetahui mana yang benar dan yang dilarang oleh agama tetap
mempertahankan nilai-nilai positif dalam budaya tersebut, kemudian selanjutnya
apa yang dilakukan dan diamalkan oleh beliau terutama yang berhubungan dengan budaya
tersebut dijadikan sebagai sunnah oleh sebagian umatnya sebagai wujud rasa
hormat dan kecintaan kepada beliau.
Di Jawa, pada periode pengembangan
Islam oleh wali songo, seni pewayangan, kidung jawa, menabuh bedug (alat untuk
memanggil massa) dan lain sebagainya merupakan bagian dari kehidupan tradisi
masyarakat jawa pada umumnya. Tetapi oleh para wali Songo dijadikan sebagai
media dakwah agar risalah Allah yang disampaikan itu lebih masuk kekalangan masyarakat
bawah dan diterima dengan baik. Begitupun di daerah-daerah lain yang memiliki
ragam budaya yang khas dan berbeda tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai
positifnya setelah masuknya Islam.
Hal yang paling mendasar dalam Islam
adalah menyempurnakan akhlaq manusia dan membentuk moralitas yang lebih
tinggi dari makhluk-makhluk lain, baik dimata Allah maupun dimata manusia
sendiri. Hal ini sejalan dengan cita-cita dan prinsip Rasulullah; “Innama
bu’istu li utammima makarima al-akhlaq”, “sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlaq”.
Semoga kita dapat menerima
perbedaan..!!!Wassalam..
Penulis: Abi Husna
Langganan:
Postingan (Atom)