Oleh: Malakasinu
Pada tubuh manusia ada satu
tanda hitam atau kehitaman, ukurannyapun berbeda-beda tapi pada umunya kecil.
Tanda ini ada yang tetap ada juga yang berubah (berkembang semakin besar)
apakah gerangan arti atau kontribusi dari tanda tersebut bagi si pemiliknya?
Ada
satu hal unik pada tubuh manusia, yang mungkin kita jarang memperhatikannya
secara serius yaitu Tahi lalat atau andeng-andeng (b. jawa). Sekilas secara umum tahi lalat
biasa dikenal sebagai semacam tanda
tubuh biasa yang tidak bermakna. Kenapa sesuatu itu (tanda tubuh) dinamai tahi
lalat? Bisa ada beberapa kemungkinan. Dalam teori bahasa dikenal ada istilah onomatopea,
yaitu penamaan atau penyebutann sesuatu didasarkan pada kemiripan terhadap
sesuatu yang lain. Selanjutnya, dalam teori bahasa dinyatakan bahwa
penamaan—penandaan—sesuatu tidak berhbungan langsung, artinya tidak ada kaitan
terhadap sesuatu yang dirujuknya. Hal ini disebut arbitrer, yaitu
sewenang-wenang, jadi yang menjadi dasarnya adalah konvensi pemakai bahasa.
Tapi
jangan salah. Kalau kita telisik dan perhatikan sebenarnya ada sesuatu yang menarik
dibalik tahi lalat. Tahi lalat ini kadang mengganggu, tapi tak jarang juga
malah membantu pemiliknya. Ia justru menjadi pemanis dan bahkan menjadi “trade
mark” bagi seseorang. Contohnya actor filem era 80-an yang terkenal dengan tahi
lalatnya yaitu Rano Karno. Bahkan anak muda pada masanya, banyak yang berusaha
menyerupai dengan cara memberi tanda tubuh yang persis sama dengan idolanya
untuk menunjukkan bahwa mereka penggemarnya.
Dari
contoh diatas, kita bias telisik ternyata tahi lalat memiliki peran penting
bagi identitas sesorang. Secara bilogis tahi lalat merupakan gejala pigmen
kulit yang biasa terjadi pada tubuh manusia.
Dalam
kajian bahasa ada istilah semiotic, yaitu ilmu yang mempelajari tanda dan atau
symbol. Dalam hal ini bahasa adalah salah satu bentuk symbol. Smbol ini tidak
hanya berupa bahasa bahkan bias berupa apa saja. Pokoknya setiap sesuatu yang
bias menjadi rujukan bagi yang lain. Yaitu sesuatu yang menunjukkan kepada
sesuatu yang lain yang disebut makna.
Makna
juga bias bermacam-macam tergantung konteks yang melatarinya. Jadi dilihat dari
sisi ini tahi lalat merupakan tanda. Dimana makna tanda tahi lalat ini bias
bermacam-macam.
Seperti
contoh tadi, actor filem ganteng Indonesia era 80-an yang memiliki tahi
lalat—dibawah dagu—memiliki makna Rano Karno. Artinya makna tahi lalat yang
demikian menunjuk kepada –reference—seseorang yaitu actor yang bernama
tersebut. Atau aktris Hollywood cantik
era than 50-an yang bertahi lalat merujuk kepada sesorang aktris yaitu Merlyn
Monroe.
Tahi
lalat juga bias bermakna “bahaya”, ini apabila kontek tahi lalat yang
melingkupinya tidak sewajarnya. Seperti kita kenal ada istilah tahi lalat hidup
yang terus membesar sehingga bias mengganggu.
Jadi
pada dasarnya, kita tidak bias mengacuhkan hal-hal yang kelihatanya sepele atau
bahkan seolah tidak bermakna (tidak ada artinya) sama sekali. Senyatanya, jika
kita perhatikan segala hal sebenarnya bias “dibaca” dan memiliki makna.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah, bahwasaanya tidak ada yang
diciptakan dengan sia-sia.
siapakah gerangan malakasinu itu??
BalasHapusnama pena si penulis
Hapus